Minggu, 14 Juni 2015

Fenomena Seni Rupa Anak



Fenomena Seni Rupa Anak

·         Perlunya Pembelajaran Seni Rupa Pada Anak Usia Dini
Menurut Sternberg ,kualitas emosional yang tampaknya penting, penting bagi keberhasilan kualitas ini adalah kemampuan mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan- keputusan secara mantap. Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan sesorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri, sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar. (Sternberg, Saloveri dalam Tolopan; 1997)
Menurut Pitcer (1982) mengatakan kemampuan membina hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain. Dengan seni rupa akan membantu anak-anak untuk mengerti orang lain dan memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul. Melalui belajar kelompok dituntut untuk bekerjasama, mengerti orang lain. Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya.Menurut Goleman (1995) mengatakan bahwa idealnya seseorang dapat menguasai ketrampilan kognitif sekaligus ketrampilan sosial emosional.Melalui bukunya yang terkenal “Emotional Intelligences (EQ)”, memberikan gambaran spektrum kecerdasan, dengan demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli. Perkembangan Kognitif tidak dating dengan sendirinya. Untuk mendorong pertumbuhan, kurikulum yang disusun berdasarkan atas taraf perkembangan anak. Serta harus dapat memberikan pengalaman pendidikan yang spesifik yaitu melalui pendidikan senirupa di sekolah.
Dari berbagai kegiatan berkarya seni, penulis mengambil beberapa kegiatan yang biasa dilakukan anak pada saat pembelajaran, yaitu :
1. Menggambar
Kegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik anak dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru dan kesempatan yang diberikan anak akan termotivasi membuat gambar.
Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk bahasa.Ada 3 tahap perkembangan anak yang dapat dilihat berdasarkan hasil gambar dan cara anak menggambar:
Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu seperti benang kusut.Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali. Pada tahap ini anak mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis panjang, kemudian lingkaran-lingkaran.
Tahap ketiga, pada anak usia 3 ½ – 4 tahun, pergelangan tangan anak sudah lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresannyapun sudah lebihTujuan menggambar bagi anak :
1. Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri
2. Mengembangkan daya kreativitas
3. Mengembangkan kemampuan berbahasa
4. Mengembangkan citra diri anak
        
2. Finger Painting (Lukisan Jari)
Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah satu kegiatan di area seni yaitu kegiatan melukis dengan jari tangan atau bisa dikenal dengan nama finger painting.
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
- Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-otot
kecil dan kematangan syaraf.
- Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna yang terang kita dapat mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan kondisi-kondisi emosi mereka.
- Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang sekunder dan tersier.
- Mengendalkan estetika keindahan warna.
- Melatih imajinasi dan kreatifitas anak.
Ada beberapa metode atau cara dalam kegiatan finger painting :
• Menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu)
• Menggunakan teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi)
·         Fenomena Gunung Kembar
Saat seorang anak lahir, indera pendengaran merupakan indera yang berfungsi pertama kali. Setelah itu indra pendengaran, secara berturut-turut indera penglihatan, peraba, pengecap, dan pembau. Ketika tangan sudah berfungsi untuk memegang sesuatu, anak mulai memfungsikan alat tubuh tersebut. Biasanya dimulai dengan memasukkan semua benda yang bisa diraihnya ke dalam mulut. Selanjutnya mengetuk-ketukkan semua benda yang bisa dipegang untuk didengar suaranya. Sebagai latihan terakhir adalah latihan koordinasi antara penglihatan dengan gerak otot lengan dan tangannya, melalui kegiatan mencorat-coret (Jajang, 1992: 2).
Dari beberapa pendapatan ahli itu tidak semua akan menjadi realita yang pasti di lapangan, hal ini karena setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Setiap individu anak memiliki keunikan tersendiri yang dapat mematahkan prinsip dari teori perkembangan gambar menurut beberapa ahli di atas. Anak-anak di Indonesia contohnya terdapat fenomena  gambar gunung kembar. Seperti gambar berikut. Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8NPEM_oXH2NjTgZd3gtDgugsFDT1J847RzJkDPLg0ef8nlJ7sRElVaSvF0D_w6kyZu2RU2fWLwZ1aqtxzRuy1DX2ebjh6d-yqWDUoLRG-6KTnjPpBd-O3tKzgR4WdNP-OSE2kuJLoG9jD/s320/a.jpg



Di Indonesia sejak tahun  40-an, masyarakat sekolah telah mengenal gambar dengan format: gunung, jalan, laut atau sawah, dan pepohonan. Format gambar penuh keseimbangan komposisi atas-bawah tersebut sangat awet, sebagai sesuatu yang ‘klasik”, yang secara sinambung diturunkan antargenerasi hingga masa kini. Terdapat gambar sepasang gunung-kembar, kadang-kadang diisi tiruan bentuk matahari yang memancarkan cahaya memancar di sela-sela gunung. Pada bagian langitnya, biasa, diberi gambar tiruan burung yang sedang terbang (Nyoman Tusan memprihatinkannya sebagai contoh pemiskinan bentuk yang diajarkan kepada anak-anak). Objek gambar tersebut memenuhi setengah bagian atas bidang gambar. Pada setengah bagian bidang gambar bawah digambarkan seruas jalan panjang yang lurus atau pun berkelok-kelok menuju satu titik hilang (biasanya pola gambar ini dipakai pula oleh guru ketika mengajarkan materi gambar perspektif di sisi kiri dan kanan jalan biasanya diisi jejeran pohon atau tiang listrik yang menampakkan kesan jarak, dimensi, jauh-dekat. Penyeimbang ruang kiri dan kanan bidang gambar bawah yang telah dibatasi gambar jalan, biasanya diisi tiruan bentuk sawah datar penuh padi yang baru ditanam (bentuknya berupa garis simpel, yang “mudah menggambarkannya”, terdiri atas tiga garis yang bertemu pada satu titik seperti bentuk mata panah yang mengarah ke bawah), atau tegalan luas sejauh mata memandang yang kadang diseling rumah dan pohon kelapa, bisa juga gambar laut atau danau dengan satu atau dua buah sampan dan pemancing ikan di atasnya.
Ketika seorang anak lepas dari lingkungan keluarga yaitu pada saat anak tersebut memasuki jenjang pendidikan atau bersekolah hal tersebut yang menyebabkan munculnya fenomena tersebut. Pada saat seorang anak didalam lungkungan keluarga anak tersebut bebas meluapkan atau mengeluarkan semua imajenasinya dimedia kertas. namun ketika memasuki masa pendidikan imajinasi mereka tiba-tiba hilang karena pengaruh dan faktor faktor lainnya yang menyebabkan fenomena gunung kembar tersebut ada. Fenomena Gunung Kembar ini akan  berlanjut sampai mereka menginjak SMA namun dengan tingkat yang berbeda penggambaran yang berbeda.
(Tugas Sepuluh, Tanggal 27-05-2015 Psikologi Seni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar