Kamis, 29 Desember 2016

PROFESI KEPENDIDIKAN KONSEP PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA



PROFESI KEPENDIDIKAN Konsep Pendidikan 

"KI HAJAR DEWANTARA"
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara merupakan proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran hidup kemanusiaan.Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan dimulai sejak anak dilahirkan dan berakhir setelah meninggal dunia
Ki Hadjar Dewantara membedakan antara sistem “Pengajaran” dan “Pendidikan”. Pendidikan dan pengajaran idealnya memerdekakan manusia secara lahiriah dan batiniah selalu relevan untuk segala jaman.Menurutnya pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan). Sedangkan pendidikan lebih memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik). Manusia merdeka itu adalah manusia yang hidupnya secara lahir dan batin tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi ia mampu bersandar dan berdiri di atas kakinya sendiri. Artinya sistem pendidikan itu mampu menjadikan setiap individu hidup mandiri dan berani berpikir sendiri.
Pengajaran adalah satu bagian dari pendidikan. Artinya pengajaran ialah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan dan memberi kecakapan, pengertian serta pelatihan kepandaian kepada anak-anak, baik lahir maupun batin.
Menurut Ki Hajar Dewantara, metode pendidikan yang cocok dengan karakter dan budaya orang Indonesia tidak memakai syarat paksaan. Orang Indonesia termasuk ke dalam bangsa timur. Bangsa yang hidup dalam khazanah nilai-nilai tradisional berupa kehalusan rasa, hidup dalam kasih sayang, cinta akan perdamaian, persaudaraan, serta menghargai kesetaraan derajat kemanusiaan dengan sesama. Nilai-nilai itu disemai dalam dan melalui dunia pendidikan sejak usia dini anak. Dalam praksis penyemaian nilai-nilai itu, pendidik menempatkan peserta didiknya sebagai subjek, bukan objek pendidikan. Artinya, peserta didik diberi ruang yang seluas-luasnya untuk melakukan eksplorasi potensi-potensi dirinya dan kemudian berekspresi secara kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Pendidik atau pamong adalah orang yang menuntun proses pengekspresian potensi-potensi diri peserta didiknya agar terarah dan tidak destrktif bagi dirinya dan sesamanya.
Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar.
Menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan dari pendidikan adalah penguasaan diri, sebab disinilah pendidikan memanusiakan manusia (humanisasi). Penguasaan diri merupakan langkah yang dituju untuk tercapainya pendidikan yang memanusiawikan manusia. Ketika peserta didik mampu menguasai dirinya, maka mereka akan mampu untuk menentukan sikapnya. Dengan demikian akan tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa. Beliau juga menunjukkan bahwa tujuan diselenggarakannya pendidikan adalah membantu peserta didik menjadi manusia yang merdeka. Menjadi manusia yang merdeka berarti tidak hidup terperintah, berdiri tegak dengan kekuatan sendiri, dan cakap mengatur hidupnya dengan tertib. Dengan kata lain, pendidikan menjadikan seseorang mudah diatur, tetapi tidak dapat disetir.
Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.
PEMIKIRAN FILSAFAT UMUM KI HAJAR DEWANTARA
 Metafisika : pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang hakekat realitasv terdalam dari segala sesuatu sebgai suatu kajian metafisika bersifat kerohanian dan religius, bahwa tuhan adalah pencipta dari segala sesuatu di dunia ini.
 Dilihat dari sudut filsafat ketuhanan, ki hadjar dewantara memilikiv pandangan theistis, pandangan yang mengakui keberadaan tuhan sebagai pencipt dan penguasa segenap realitas.
 Epistemologi : pandangan kerohanian spiritual sebgai penjelas tentangv hakekat realitas terdalam segala sesuatu dilihat secara lebih kongkret dari pembuatan pengertian kebudayaan. Menurut Ki Hadjar Dewantara kebudayaan sebagai hasil dari olah budi manusia merupakan hasil dari anugrah tuhan yang telah di berikan kepada manusia.
 Pandangan filsafat manusia Ki Hadjar Dewantara menunjukkan bahwav manusia adalah sekaligus makhlik ciptaan tuhan dan makhluk yang memiliki kebebasan untuk melkukan eksplorasi dalam menciptakan produk-produk kebudayaan.
 Aksiologi : pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang nilai-nilai etikav adalah konsistensi dengan pandangannya tentang hakekat realitas. Pandangan beliau mengarah pada pandangan nilai-nilai etika yang bersifat humanistik religius.
 Ini berarti penilaian dan kriteria baik dan buruk perilaku atauv tindakan seseorang dapat dikembalikan pada nilai-nilai kerohanian keagamaan berdasarkan pada pangialn jiwanya sebgai manusia yang dapat disebut sebagai makhluk Tuhan.

PEMIKIRANN FILSAFAT PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA

a. Filsafat Pendidikan dalam Metode Pembelajaran Sistem Among
 Istilah Among lebih dipadankan dengan fasilitator. Dalam pembelajaranØ sistem among , guru diharuskan untuk mampu mengembangkan anak dalam proses pendidikan berdasarkan pada interaksi dinamis antara perkembangan natural yg ada dalam diri siswa yg tidak mengabaikan begitu saja kondisi lingkungan sosial dan fisik siswa.
 Dalam praktek-praktek pembelajaran lebih bersifat pembinaanØ kepengasuhan, gur u disarankan menghindari pemberian perintah dan paksaan berdasarkan instrumen hukuman yang biasa dilakukan dalam sitem pendidikan yang besifat tradisional.
Metode pembelajaran sistem among dapat digambarkan dalam semboyan filsafat kependidikan beliau yang sangat terkenal :
 Ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi teladan)§
 Ing madya mangun karsa (di tengah memberi kesempatan untuk berkarya)§
 Tut wuri handayani (dari belakang memberi dorongn dan arahan)§
b. Konsep Tripusat Pendidikan
Dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan yang efektif untuk membangun manusia seutuhnya , beliau mengembangkan kerja sama antara pranata-pranata kebudayaan di sekeliling kita, yaitu pranata keluarga, pranata sekolah, dan pranata masyarakat yang disebut dengan konsep tripusat pendidikan.
c. Keluarga sebagai Wadah Pendidikan Alamiah
 Ki hadjar dewantara memiliki pandanagn bahwa institusi keluarga§ merupakan wadah atau tempat pendidikan pertama bagi seorang anak.
 Dalam konteks sosialisasi sebagai pewaris nilai dari generasi tua§ kepada generasi muda, keluarga merupakan saluaran sosialisasi yg pertama dan utama bagi seorang anak.
DRIYARKARA
Pendidikan didefinisikan sebagai upaya memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Pendidikan itu adalah pelaksanaan (pemberlakuan) nilai-nilai. Dalam hal ini, pendidikan seharusnya mampu membawa anak didik untuk mengalami, menghayati nilai-nilai keagamaan, sehingga anak didik membangun nilai-nilai keagamaan itu di dalam kepribadannya. Dengan kata lain anak didik diarahkan agar ia mampu mengenal, menerima, menghayati, dan mengamalkan apa yang telah diajarkan dan mampu menjauhkan diri dari apa yang telah menjadi laangan Tuhan sebagai nilai yang tertinggi di dalam kehidupannya.
Anak didik adalah manusia muda, manusia yang masih dalam taraf potensial, manusia yang belum sampai pada taraf “maksimal”. Maka dari itu, mengapa mendidik itu disebut suatu perbuatan fundamental. Sebabnya, karena mendidik itu adalah memanusiakan manusia muda, mendidik itu adalah homonisasi dan humanisasi, yaitu perbuatan yang menyebabkan manusia menjadi manusia. Proses homonisasi artinya penjadian manusia yaitu manusia dari taraf potensional ke taraf “maksimal” (telah mampu berbuat selayakanya manusia), sedangkan proses humanisasi menunjuk perkembangan kebudayaan yang lebih tinggi.
Pendidikan adalah pemanusiaan anak. Pemanusiaan di sini mempunyai dua arti: pendidik memanusiaka anak didik dan anak didik mmemanusiakan dirinya. Permanusiaan itulah yang merupakan proses dalam pendidikan. Proses itu akan berakhir, jika anak sudah dapat memanusiakan sendiri sebagai purnawan.
Pendidikan adalah pembudayaan anak. Pembudayaan di sini menunjukkan aktivitas baik dari pendidik maupun anak didik. Pendidik membudayakan anak, dan anak karena di budayakan itu membudayakan diri. Pembudayaan di sini jangan dipandang dalam arti yang khusus dan bertingkat tinggi. Sebagai contoh: ibu mengajari anak mengenakan sepau dan celana, dan anak kelak dapat berbuat hal itu sendiri, itupun sudah masuk kebudayaan dan pembudayaan. Selanjutnya pembudayaan itu juga proses ke arah pembudayaan yang “berdikari” oleh anak itu sendiri sebagai manusia purnawan.
Pendidikan adalah pelaksanaan nilai-nilai. Pelaksanaan di sini adalah perjumpaan antara aktivitas pendidik dan aktivitas anak didik, jika ibu mengenakan pakaian kepada anak, maka di situ ibu melaksanakan nilai-nilai berpakaian kepada anak. Jika ibu mengajak berdoa, maka di situ ibu melaksanakan nilai-nilai kegamaan dan anak melaksanakan juga. Demikian pula halnya mengenai lain-lain bidang nilai. Dengan pelaksanaan itu anak berproses. Tetapi perlu diingat bahwa anak itu belum dapat berdiri sendiri. Dia melaksanakan dalam pelaksanaan bersama, terutama waktu masil kecil. Tetapi dengan melaksanakan nilai-nilai dalam keadaan tergantung itu, anak berproses ke pelaksanaan sendiri, sebagai manusia purnawan.
Sumber:
Hadi, A Soedomo.2008.Pendidikan Suatu Pengantar.Surakarta:UNS Press.
Sahmo,Bartolomeus.2013.Visi Pendidikan Ki Hajar Dewantara.Yogyakarta:Kanisius.
http://adiens-production-kuningan.blogspot.com/2011/11/pandangan-ki-hajar-dewantara-tentang.html
http://apbshiliupls.blogspot.com/2014/12/filsafat-ki-hajar-dewantara.html
http://geo.fis.unesa.ac.id/web/index.php/en/12-artikel/319-tujuan-pendidikan-menurut-ki-hajar-dewantara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar